Senin, 12 Desember 2011

Sistem Pracetak Beton sebagai Sistem Konstruksi Hijau

Sistem  konstruksi  hijau  (green  construction)  merupakan  bagian  dari  pembangunan berkelanjutan (Sustainable Construction), yang merupakan suatu topik hangat di dunia  konstruksi internasional sebagai respon atas issue pemanasan global (global warming).

Ada  dua  aliran  konsep  utama  dalam  pembangunan  gedung  di  dunia  saat  ini,  yaitu konsep  pembangunan  ikonik  dan  konsep  pembangunan  berkelanjutan.  Konsep pembangunan ikonik menekankan terciptanya bangunan yang diharapkan menjadi suatu ikon tertentu. Konsep ini banyak sekarang diterapkan pada gedung-gedung di Timur Tengah  dan  di  China.  Konsep  pembangunan berkelanjutan menekankan pada optimalisasi penggunaan energi, Konsep ini didasarkan atas  pertimbangan  bahwa  sumber  energi  di  bumi  ini  semakin  terbatas,  sehingga penggunaannya harus dilakukan secara bijaksana. Konsep ini sekarang berkembang di  Negara-negara  maju  seperti  di  Eropa,  Australia  dan  Amerika.  

Prinsip dasar dari pembangunan berkelanjutan adalah penggunaan energi yang optimal secara  integratif  mulai  dari  tahap  perencanaan,  konstruksi,  pemanfaatan  sampai  pada pembongkaran.  Hal  ini  dapat  terwujud  jika  perencanaan  dilakukan  secara  integratif antara  arsitek,  perencana  struktur  dan  perencana  utilitas.  Beberapa  referensi menyatakan gedung adalah sangat potensial bagi sasaran pengurangan emisi CO2, dan juga paling murah untuk mengusahakannya.

Secara  umum,  menurut  Green  Building  Council  Indonesia  (GBCI),  ada  7  aspek  yang menjadi  penilaian  terhadap  suatu  gedung  jika  ingin  direncanakan  dengan  konsep pembangunan  berkelanjutan.  Proporsi  penilaian  dari masing-masing aspek sangat bergantung dari kondisi suatu negara. Penentuan proporsi dilakukan dengan konsensus oleh suatu komite dalam Dewan Green Building di Negara tersebut.

Adapun 7 aspek penilaian terhadap suatu gedung dengan konsep pembangunan berkelanjutan sebagai berikut :
1. Pengembangan lokasi yang tepat
2. Efisiensi energi dan konservasi
3. Konservasi air
4. Sumber daya dan siklus material
5. Kesehatan dan kenyamanan dalam ruangan
6. Pembangunan berbasis manajemen lingkungan
7. Inovasi

Tahap  pembangunan  gedung  (konstruksi)  merupakan  salah  satu  aspek  dalam pembangunan  berkelanjutan.    Konsep  konstruksi  yang  memenuhi    konsep  ini  dikenal sebagai  konstruksi  hijau  (green  construction).  Prinsip  utama  konstruksi  hijau  dalam segi  material  adalah  3  R    (“reduce”,  “reuse”,  “recycle”).  Sistem  pracetak  beton merupakan salah satu sistem pembangunan yang memenuhi kaidah ini. 

Prinsip reduce diterapkan pada efisiensi penggunaan material dan metoda kerja : 
a.   Bahan beton adalah material lokal yang banyak ditemui di Indonesia.
b.   Perencanaan  sistem  pracetak  akan  dapat  menghemat  pemakaian  besi,  sebagai material yang paling banyak menghasilkan emisi dalam pembuatannya, serta bahan dasarnya masih impor.
c.   Metoda  kerja  banyak  melakukan  penghematan  pada  cetakan  seperti  terlihat  pada Gambar  3  dan  penghematan  perancah  seperti  terlihat  pada  Gambar  4,  serta  dapat mendekati “zero waste” pada material besi dan beton.

Prinsip  reuse  terutama  diterapkan  pada  repetisi  penggunaan  cetakan  yang  jauh  lebih banyak  dibandingkan  dengan  cetakan  sistem  konvensional.  Cetakan  kayu  yang  dilapis phenolin  dapat  dipakai  10  –  15  x  dibandingkan  dengan  cetakan  kayu  konvensional. Cetakan dari bahan fibre atau baja bahkan dapat dipakai ratusan kali.

Prinsip  recycle  dapat  diterapkan  pada  bahan  cetakan  dari  bahan  besi  dan  fibre,  yang dapat dibuat  dari bahan daur  ulang dan juga material grouting yang sudah mempunyai green label.

0 komentar:

Posting Komentar